Sejenak Melepas Penat di Watu Ondo
Tak ada bayangan sama sekali tempat itu
akan seperti apa, karena ini memang kali pertama kami menginjak tempat wisata
ini. Cuma yang aku tahu ini adalah air terjun. Di tempat parkir hanya ada
beberapa motor saja, sepertinya tempat ini memang tak banyak peminatnya. Di area parkir terdapat satu warung, pos penjagaan sekaligus tempat
untuk penjualan tiket, dan tentu saja toilet.
Untuk masuk ke tempat ini cukup membayar
Rp. 5000 saja per orang dengan biaya parkir Rp.2000 dan jasa raharja Rp. 1000.
Untuk sampai di air terjunnya kita harus menuruni tangga-tangga yang terbuat
dari batu yang ditata rapi sejauh 200m. Tangga batu inilah yang menjadi asal
muasal dari nama air terjun ini. Watu ondo, kata ini berasal dari Bahasa jawa,
watu artinya batu, sedangkan ondo berarti tangga. naik turun tangga ini cukup menguras tenaga, (*balada
gak pernah jalan jauh heee..) karena jarak antara tangga satu dengan yang lain
cukup tinggi, beda dengan Grojogan Sewu di Tawangmangu atau air terjun di Sendang
Gile di NTB, meski tangganya berjumlah ratusan, tetapi ketinggian tangga satu
dengan yang lain relatif pendek, jadi seperti jalan saja. Tapi jangan khawatir
di beberapa spot ada tempat duduk sederhana yang dibuat dari bambu, dan bisa kita
gunakan untuk melepas capek sambil menikmati pemandangan.
Beberapa langkah menuruni tangga, kita sudah melihat air
terjun setinggi kurang lebih 70m, terlihat biasa saja, menurutku, seperti air
terjun pada umumnya, namun kami tetap turun untuk merasakan sensasi dingin
airnya, dan menikmati suara jatuhnya air
yang menentramkan jiwa. Awalnya terlihat sepi-sepi saja, tetapi ketika turun
lumayan ada beberapa keluarga yang sedang berlibur dan tentunya para pasangan
muda-mudi yang sengaja menghabiskan weekend
di sana. Sebelum sampai di air terjunnya, ada spot dimana kita bisa melihat air
terjun dari atas. Wuahh..baru tahu ternyata ada dua air terjun. Air terjun
terjun yang lebih besar di ceruk perbukitan, pantas tidak terlihat dari atas.
Melihat dua air terjun itu, kami makin bersemangat untuk melihat air terjun
yang kedua. Pantas saja air terjun ini juga dinamakan Cuban kembar.
Sesampai di bawah, subhanallah, senang sekali melihat dua air terjun yang saling
berhadapan. Dan ini pertama kalinya saya melihat air terjun yang besar. di
sebelah kanan terdapat air yang jatuh di perbukitan yang tidak rata, dengan tingkat
kemiringan 75 derajat, sehingga airnya terkesan menempel pada tebing,
Meski debit airnya besar, sepertinya
tidak begitu membahayakan, bahkan banyak orang-orang yang memilih mandi di
bawah air terjun ini. Di sebelah kiri terdapat air terjun dengan ketinggian
sekitar 70 m, dibawahnya terdapat kolam. Dan kedua air terjun ini bertemu pada
aliran sungai yang dangkal.
Berada diantara dua air terjung aihh
indahnya. Kalau sudah gini, menyesal karena tadi tidak bawa kamera,
mengandalkan hp dengn resolusi yang tidak besar membuat semakin merasa payah.