Sejenak Melepas Penat di Watu Ondo

Sejenak Melepas Penat di Watu Ondo


Ke Cangar, uda menjadi listku sejak sebulan lalu, namun selalu ada halangan, dan akhir Maret akhirnya terwujud juga. Sengaja tidak bawa kamera karena hanya ingin mandi di pemandian air hangat. Tubuh perlu sedikit relaksasi sepertinya, tetapi ketika melewati air terjun Watu Ondo, yang letaknya hanya sekitar 3 km dari pemandian air cangar, kok sepertinya tidak tega jika tidak mampir. Akhirnya motor pun kami belokkan ke sana. Air terjun ini terletak di Taman Hutan Rakyat (TAHURA) Raden Soerjo, terletak di lereng gunung Welirang, perbatasan antara Mojokerto dan Malang. Kalau dari Pacet hanya 8 km tetapi hati-hati meski jalannya mulus tetapi curam.

Tak ada bayangan sama sekali tempat itu akan seperti apa, karena ini memang kali pertama kami menginjak tempat wisata ini. Cuma yang aku tahu ini adalah air terjun. Di tempat parkir hanya ada beberapa motor saja, sepertinya tempat ini memang tak banyak peminatnya.  Di area parkir terdapat  satu warung, pos penjagaan sekaligus tempat untuk penjualan tiket, dan tentu saja toilet.

Untuk masuk ke tempat ini cukup membayar Rp. 5000 saja per orang dengan biaya parkir Rp.2000 dan jasa raharja Rp. 1000. Untuk sampai di air terjunnya kita harus menuruni tangga-tangga yang terbuat dari batu yang ditata rapi sejauh 200m. Tangga batu inilah yang menjadi asal muasal dari nama air terjun ini. Watu ondo, kata ini berasal dari Bahasa jawa, watu artinya batu, sedangkan ondo berarti tangga. naik  turun tangga ini cukup menguras tenaga, (*balada gak pernah jalan jauh heee..) karena jarak antara tangga satu dengan yang lain cukup tinggi, beda dengan Grojogan Sewu di Tawangmangu atau air terjun di Sendang Gile di NTB, meski tangganya berjumlah ratusan, tetapi ketinggian tangga satu dengan yang lain relatif pendek, jadi seperti jalan saja. Tapi jangan khawatir di beberapa spot ada tempat duduk sederhana yang dibuat dari bambu, dan bisa kita gunakan untuk melepas capek sambil menikmati pemandangan.


Beberapa  langkah menuruni tangga, kita sudah melihat air terjun setinggi kurang lebih 70m, terlihat biasa saja, menurutku, seperti air terjun pada umumnya, namun kami tetap turun untuk merasakan sensasi dingin airnya, dan menikmati  suara jatuhnya air yang menentramkan jiwa. Awalnya terlihat sepi-sepi saja, tetapi ketika turun lumayan ada beberapa keluarga yang sedang berlibur dan tentunya para pasangan muda-mudi yang sengaja menghabiskan weekend di sana. Sebelum sampai di air terjunnya, ada spot dimana kita bisa melihat air terjun dari atas. Wuahh..baru tahu ternyata ada dua air terjun. Air terjun terjun yang lebih besar di ceruk perbukitan, pantas tidak terlihat dari atas. Melihat dua air terjun itu, kami makin bersemangat untuk melihat air terjun yang kedua. Pantas saja air terjun ini juga dinamakan Cuban kembar.


Sesampai di bawah, subhanallah, senang sekali melihat dua air terjun yang saling berhadapan. Dan ini pertama kalinya saya melihat air terjun yang besar. di sebelah kanan terdapat air yang jatuh di perbukitan yang tidak rata, dengan tingkat kemiringan 75 derajat, sehingga airnya terkesan menempel pada tebing, Meski  debit airnya besar, sepertinya tidak begitu membahayakan, bahkan banyak orang-orang yang memilih mandi di bawah air terjun ini. Di sebelah kiri terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 70 m, dibawahnya terdapat kolam. Dan kedua air terjun ini bertemu pada aliran sungai yang dangkal.



Berada diantara dua air terjung aihh indahnya. Kalau sudah gini, menyesal karena tadi tidak bawa kamera, mengandalkan hp dengn resolusi yang tidak besar membuat semakin merasa payah.