Rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya

Rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya






Rumah ini hanya didominasi 3 warna, yakni putih pada dindingnya, hijau dan kuning pada pintu dan jendelanya. awalnya tak percaya ternyata ada rumah yang bersejarah diantara gedung megah di Surabaya. Siapa sangka ternyata rumah ini menyimpan banyak cerita pejuang-pejuang bangsa. rumah ini adalah rumah  HOS Tjokroaminoto. Pemimpin organisasi serikat Islam yang merupakan cikal bakal berdirinya partai serikat Islam. Rumah yang luasnya 9x13m ini terletak di jalan Peneleh VII/ 29-31 Surabaya. Sekilas rumah ini seperti biasa saja. tak ada pengamanan khusus di rumah ini. Ketika berkunjung ke tempat ini saya tak bisa masuk karena kami berkunjung ke rumah ini sekitar pukul 01.00 dini hari. 




Rumah ini dibangun pada abad XIX.  Awalnya rumah ini milik orang Cina, kemudian berpindah tangan ke orang Arab, dan dibeli oleh HOS Tjokroaminoto . Rumah  itu oleh HOS Tjokroaminoto  dan istrinya dijadikan sebagai indekos bagi para pemuda yang belajar di HBS (Hogere Burgerlijks School)  atau sekarang yang terkenal dengan SMA Kompleks, sekaligus dijadikan tempat penggemblengan para pejuang bangsa diantaranya Darsono, Muso, Semaun, Alimin, Ir. Soekarno . Tidak itu saja, rumah itu juga dijadikan sebagai pondok pesantren bagi santri yang tidak hanya belajar agama tetapi juga belajar politik untuk melawan penjajah.
Jembatan Petekan Surabaya

Jembatan Petekan Surabaya




Kalau dilihat sekilas, benda ini tampak seperti besi biasa yang disusun keatas, tetapi ketika dilihat lagi, besi ini merupakann sisa-sisa kerangka dari sebuah jembatan pada masa penjajahan Belanda.  Jembatan petekan namanya. petekan berasal dari Bahasa jawa, yang artinya tekan atau pencet. jadi jembatan ini ini memang bisa membuka dan menutup, jadi portable gitu deh jika istilah sekarang. jembatan petekan ini terletak di jl. Jakarta Surabaya tepatnya di ujung utara kota Surabaya. Dibangun pada tahun 1900 M oleh Braad and Co, yang berubah menjadi PT Bharata Metal Work dan Engineering dengan pabrik yang berada di Ngagel.  Jembatan ini sistemnya buka tutup. Pada masa itu Kalimas menjadi jalan terpenting untuk  lewatnya kapal.  Maka dibuatlah jembatan  yang berfungsi untuk mengatur lalu lintas/ transportasi perahu atau kapal yang hilir mudik membawa komoditi dari atau ke arah Surabaya. Sekarang jembatan ini sudah tidak berfungsi lagi. Dan saat ini sudah dibangun jembatan di kanan kiri jembatan petekan. Kini Jembatan ini sudah menjadi bangunan cagar budaya yang pemeliharaannya berada di bawah naungan balai  pelestarian  Peninggalan purbakala (BP3)Trowulan dan menempatkan seseorang sebagai juru pemelihara.
MIE GENTENG ALA SUAMIKU

MIE GENTENG ALA SUAMIKU



Karena tak selalu bisa makan mie genteng sedangkan keinginan itu selalu ingin lagi dan lagi. Alhamdulillah suami bisa memenuhinya meski mie itu tidak dimasak menggunakan arang, tetapi pakai api, tetapi rasanya tak jauh beda. maka, jika lagi ingin makan ala mie genteng, kami membuatnya sendiri. caranya pun cukup mudah.
bahan yang perlu disiapkan adalah…
1. 1/4 kg Mie, Mie ini tergantung selera. kalau kami biasanya menggunakan mie bakso. kami beli      mie  bakso mentah, jadi jika ingin masak mie, cukup merebusnya saja.
2. Sawi, ini juga tergantung selera, kalau suka sayur, bisa seikat sayur dimasukkan semua.
3. 1 butir telur
4. Ayam goreng, sesuai selera, iris tipis-tipis
5. Minyak goreng
6. bumbu halus, bisa kare, soto, atau gule. karena kami tidak bisa meracik bumbu-bumbu itu,             kami bisanya membeli bumbu dipasaran yang sudah dihalus, dan tinggal pake.
7. 6  siung bawang merah
8. 4 Siung bawang putih
Cara membuat
1. panaskan  minyak goreng, masukkan bawang merah dan bawang putih yang sudah di                     memarkan
2. goreng hingga baunya harum.
3. masukkan bumbu kare yang sudah dihaluskan, aduk, tunggu sampai berbau harum
4. Masukkan telur, urak arik, hingga matang
5. masukkan air secukupnya, tunggu hingga mendidih
6. masukkan sawi, tunggu hingga setengah matang
7. masukkan mie, aduk sebentar, dan tunggu hingga bumbunya merasuk
8. taruh di piring, hidangkan dengan memberi ayam di atasnya.
9. Mie siap dihidangkan
Mie Genteng, Rasa restoran harga kaki lima

Mie Genteng, Rasa restoran harga kaki lima



Kalau ke surabaya jangan lupa mampir ke mie genteng. Mie ini sebenarnya tidak punya nama khusus sih cuma karena terletak di area depan pasar genteng besar Surabaya, jadilah orang menyebutnya dengan mie genteng. Ada dua macam masakan pada mie ini, mie goreng dan mie kuah. Cara penyajiannya juga sama seperti mie pada umumnya, mie disajikan di atas piring yang sederhana, dengan irisan ayam kampung dan sawi yang langsung dimasak dengan mienya sekalian. Begitu juga dengan mie gorengnya. Tetapi yang membuat istimewa pada mie ini adalah cara masak dan rasanya. Mie ini dimasak dengan menggunakan arang, jadi si penjual memasak mie dengan sesekali mengibas-ngibaskan kipas agar arangnya tetap berapi.
Bagi saya yang gak ngefans amat sama makanan berjenis mie, mie genteng ini rasanya mak nyus. Rasa mienya juga beda dengan mie kebanyakan, sepertinya si penjual membuat mie sendiri. Mie kuah dimasak dengan menggunakan kaldu ayam yang kental,.dan diberi bumbu yang sudah dihaluskan. Di lidah rasanya seperti kare, tetapi bukan kare, mungkin jika diberi level antara masakan itu sama masakan kare, masakan ini mendekati angka delapan. Dan ada sedikit rasa sotonya, jadi dibanding dengan mie yang lain, masakan ini rasanya khas banget, enak dilidah dan yang pastinya gak bikin kantong bolong. Mie genteng rasanya.sekaliber masakan restoran, tetapi harganya kaki lima. Hanya dengan 14 ribu saja, kita bisa menikmati mie genteng. Pantas saja mie ini banyak diburu, bahkan dua kali saya makan di sana, pengunjung tak pernah sepi, satu pergi tiga datang. Pembelinya pun bukan hanya para menengah ke bawah, tetapi juga berbagai kalangan, menengah ke atas, pengendara mobil dan juga para Chinese. Akhirnya tempat ini sangat saya rokumendasikan untuk dikunjungi, jika ingin memanjakan lidah denga kualitas yang istimewa. Sebenarnya ada mie yang senada dengan mie genteng ini, terletak di jalan on the mohen, tapi untuk yang satu ini saya belum mencobanya.